Selasa, 23 April 2013

GURU DAN SEMANGATNYA


GURU DAN SEMANGATNYA

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.

Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang. Apalagi, menjadi guru bagi anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. Dan saya, merasa beruntung sekali dapat menjadi guru mereka, walau cuma dalam beberapa jam saja. Ada kenikmatan tersendiri, berada di tengah anak-anak dengan latar belakang Cerebral Palsy (sindroma gangguan otak belakang).

Suatu ketika, saya diminta untuk mendampingi seorang guru, di sebuah kelas khusus bagi penyandang cacat. Kelas itu, disebut dengan kelas persiapan, sebuah kelas yang berada dalam tingkatan awal di YPAC Jakarta. Lazimnya, anak-anak disana berumur antara 9-12 tahun, tapi kemampuan mereka setara dengan anak berusia 4-5 tahun, atau kelas 0 kecil.
Saat hadir disana, kelas tampak ramai. Mereka rupanya sedang bermain susun bentuk dan warna. Ada teriak-teriakan ganjil yang parau, dan hentakan-hentakan kepala yang konstan dari mereka. Ada pula tangan-tangan yang kaku, yang sedang menyusun keping-keping diagram. Disana-sini terserak mainan kayu dan plastik. Riuh. Bangku-bangku khusus berderak-derak, bergesek dengan kursi roda sebagian anak yang beradu dengan lantai. Saya merasa canggung dengan semua itu. Namun, perasaan itu hilang, saat melihat seorang guru yang tampak begitu telaten menemani anak-anak disana. “Mari masuk, duduk sini dekat Si Abang, dia makin pinter lho bikin huruf,” begitu panggilnya kepada saya. Saya berjalan, melewati anak-anak yang masih sibuk dengan tugas mereka. Ah benar saja, si Abang, anak berusia 11 tahun yang mengalami Cerebral Palsy dengan pembesaran kepala itu, tampak tersenyum kepada saya. Badannya melonjak-lonjak, tangannya memanggil-manggil seakan ingin pamer dengan kepandaiannya menyusun huruf.

Subhanallah, si Abang kembali melonjak-lonjak. Saya kaget. Saya tersenyum. Dia tergelak tertawa. Tak lama, kami pun mulai akrab. Dia tak malu lagi dibantu menyusun angka dan huruf. Susun-tempel-susun-tempel, begitu yang kami lakukan. Ah, saya mulai menikmati pekerjaan ini. Dia pun kini tampak bergayut di tangan saya. Tanpa terasa, saya mengelus kepalanya dan mendekatkannya ke dada. Terasa damai dan hangat.
Sementara di sudut lain, sang Ibu guru tetap sabar sekali menemani semua anak disana. Dituntunnya tangan anak-anak itu untuk meniti susunan-susunan gambar. Dibimbingnya setiap jemari dengan tekun, sambil sesekali mengajak mereka tersenyum. Tangannya tak henti mengusap lembut ujung-ujung jemari lemah itu. Namun, tak pernah ada keluh, dan marah yang saya dengar. Waktu berjalan begitu cepat. Dan kini, waktunya untuk pulang. Setelah membereskan beberapa permainan, anak-anak pun bersiap di bangku masing-masing.
Duh, damai sekali melihat anak-anak itu bersiap dengan posisi serapih-rapihnya. Tangan yang bersedekap diatas meja, dan tatapan polos kearah depan, saya yakin, membuat setiap orang tersenyum. Ibu guru pun mulai memimpin doa, memimpin setiap anak untuk mengatupkan mata dan memanjatkan harap kepada Tuhan.
Damai. Damai sekali mata-mata yang mengatup itu. Teduh. Teduh sekali melihat mata mereka semua terpejam. Empat jam sudah saya bersama “malaikat-malaikat” kecil itu. Lelah dan penat yang saya rasakan, tampak tak berarti dibanding dengan pengalaman batin yang saya alami. Kini, mereka bergerak, berbaris menuju pintu keluar. Tampak satu persatu kursi roda bergerak menuju ke arah saya.

Duuh, ada apa ini? Lagi-lagi saya terharu. Setibanya di depan saya, mereka semua terdiam, mengisyaratkan untuk mencium tangan. Ya, mereka mencium tangan saya, sambil berkata, “Selamat siang Pak Guru..” Ah, perkataan yang tulus yang membuat saya melambung. Pak guru…Pak Guru, begitu ucap mereka satu persatu. Kursi roda mereka berderak-derak setiap kali mereka mengayuhnya menuju ke arah saya. Derak-derak itu kembali membuat saya terharu, membayangkan usaha mereka untuk sekedar mencium tangan saya.

Anak yang terakhir telah mencium tangan saya. Kini, tatapan saya bergerak kesamping, ke arah punggung anak-anak yang berjalan ke pintu keluar. Dalam diam
saya berucap, “..selamat jalan anak-anak, selamat jalan malaikat-malaikat kecilku…” Saya membiarkan airmata yang menetes di sela-sela kelopak. Saya biarkan bulir itu jatuh, untuk melukiskan perasaan haru dan bangga saya. Bangga kepada perjuangan mereka, dan juga haru pada semangat yang mereka punya.
***
Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung. Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya
kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan.
Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka. Dari gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya. Tak berlebihankah jika kita
menyebutnya sebagai pekerjaan yang mulia?

Teman, jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru. Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu, dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda disana. Cobalah. Rasakan.

Kamis, 11 April 2013

9 BULAN DI KANDUNGAN


CORAK DAN GAYA KEPEMIMPINAN

 CORAK KEKUASAAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

A.     Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Kekuasaan bersifat positif merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
Kekuasaan bersifat Negatif Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
Di negara, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur   biasanya ditempuh melalui jalur. Partai partai politik berusaha untuk merebut  konstituen dalam masa politik. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di  dalam pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Dalam pemerintahan mempunyai makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai empiris pengaturan, keluarga (kewenangan orangtua), kelompok-kelompok kecil (kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif, mulai dari masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau organisasi (kewenangan politik).
Sifat kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.    Position Power, kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi.
2.    Personal Power, kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan sosialnya.
French & Raven mengatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan:
1.   Kekuasaan memberi penghargaan.
2.   Kekuasaan yang memaksa
3.   Kekuasaan yang sah.
4.   Kekuasaan memberi referensi.
5.   Kekuasaan bila dikaitkan dengan kegunaan, maka sebagai berikut :
a.    Militer dan Polisi untuk mengendalikan kekerasan dan kriminal
b.    Ekonomi untuk mengendalikan tanah, buruh, kekayaan & produksi
c.    Hukum  untuk mempertahankan, mengubah, dan melancarkan interaksi.
d.    Politik  untuk pengambilan keputusan.
e.    Tradisi  untuk mempertahankan sistem kepercayaan / nilai-nilai.
Sumber – sumber kekuasaan meliputi :1) Sarana Paksaan Fisik. 2). Keahlian 3).Hukum normatif 4).Status sosial 5).Harta kekayaan 6). Popularitas 7).Jabatan 8). Massa yg terorganisir.

B.    Jenis-jenis Kekuasaan

1.   Coercive Power (Kuasa Paksaan) adalah kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah. Kekuasaan ini juga bisa dibilang kekuasaan karena rasa takut oleh seseorang yang memiliki kuasa dalam suatu hal. Karena hal itulah orang-orang yang menjadi bawahan atau pengikutnya, menjadi tunduk dan mau untuk melakukan perintah yang diberikan oleh orang yg berkuasa itu. Karena jika mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan, maka bawahan/pengkutnya tersebut akan mendapatkan sebuah hukuman. Contoh dari Coercive power adalah : misal, seorang pemilik toko memberikan pemotongan gaji terhadap karyawan yang diketahui telah merusak salah satu produk yang di jual, bahkan ada pula yang langsung memecatnya. Menurut Molm, 1987,1988 Seseorang juga menggunakan Coersive untuk mempengaruhi anggota grup lain, walaupun kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan reward power daripada coersive power jika keduanya tersedia.
2.   Insentif Power (Reward Power) Reward power adalah suatu sikap yang patuh /tunduk yang dicapai berdasarkan kepatuhan/kemampuan untuk memberikan reward (imbalan) agar dipandang orang lain berharga, Seseorang akan patuh terhadap orang lain, jika dijanjikan akan diberikan sebuah imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Selain itu reward power juda bisa diartikan kemampuan dalam mengontrol distribusi dalam pemberian reward atau menawarkan pada grup lainnya. Contoh dari Reward Power adalah bisa dalam bentuk : Bintang penghargaan untuk karyawan yang berprestasi, kenaikan gaji untuk pegawai.
3.   Legitimate Power (Kuasa yang sah) Legitimate power adalah Pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk memerlukan dan menuntut ketaatan. Seseorang yang telah memiliki legitimate power, akan menuntut bawahan atau pengikutnya untuk selalu taat pada peraturannya. Karena legitimate power memiliki definisi lain, yaitu kekuatan yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan dan pemenuhan perintah. Contoh daro Legitimate Power adalah : Pegawai polisi memberhentikan kendaraan yang dianggap telah nelanggar rambu – rambu lalu lintas, guru menunggu murid – muridnya diam untuk memulai pelajaran.
4.   Expert power (Kekuasaan Pakar) Pengaruh berdasar pada kepercayaan target bahwa pemegang kekuatan memiliki keahlian dan kemampuan yang superior dalam bidangnya. Seseorang yang memang ahli dalam bidangnya, akan mudah untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain.Para anggota dalam suatu kelompok, pasti memiliki skill dan kemampuan yang berbeda. Maka dari itulah, suatu kelompok tercipata untuk saling melengkapi kekurangan anggota kelompki lainnya. Namun pada dasarnya, French dan Raven seseorang tidak perlu menjadi ahli untuk mendapatkan kekuatan ahli. Orang tersebut hanya perlu diterima oleh orang lain sebagai seorang yang ahli (Kapolwitz,1978; Littlepage & Mueller,1997). Sebenarnya, seseorang tidak harus memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang ahli. Karena, sebenarnya kemampuan apapun yang kita miliki, tidak hanya kita yang menilai, tapi kita pun perlu penilaian dari orang lain. Contoh dari expert power adalah : orang – orang percaya akan orang pintar “paranormal”, pasien percaya akan hasil pemeriksaan dokter.
5.   Referent Power (Kekuasaan Rujukan) Pengaruh yang didasarkan pada pemilikan sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan oleh seseorang, berkembang dari rasa kagum terhadap orang lain, untuk menjadi seperti orang yang dikaguminya itu, dikarenakan adanya karisma. Selain itu, Referent power juga menjelaskan bagaimana charismatic leader (seberapa tinggi komitmen anggota tersebut pada kelompoknya) mengatur untuk menggunakan banyak kontrol dalam grup mereka. Siapakah anggota yang paling baik, paling disukai, paling dihargai dsb. Contoh dari referent power adalah : Misalnya seorang karyawati dalam suatu toko, sangat mengagumi sang pemilik, karena sang pemilik tersebut memiliki pribadi yang disiplin, baik hati, bersikap mengayomi kepada semua karyawan maupun karyawatinya, dan tidak pernah bersikap otoriter. 

C.    Kewenangan

Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi.
Kewenangan digunakan untuk mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan dengan kekuasaan. Robert Bierstedt menyatakan dalam bukunya an analysis of social power , bahwa kewenangan merupakan kekuasaan yang dilembagakan. Seseorang yang memiliki kewenangan berhak membuat peraturan dan mengharapkan kepatuhan terhadap peraturannya.
Kewenangan juga merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan (legitime power), sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik di rumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, maka kewenangan merupakan hak moral sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk peratuaran perundang-undangan.Wewenang merupakan hak berkuasa yang di tetapkan dalam struktur organisasi sosial guna melaksanakan kebijakan yang di perlukan.

  
D.    Pemimpin dan Kepemimpinan

Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern diantaranya :

1.  Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999) menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan pemimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.
2.    Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
3.    Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
4.    C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.
5.    Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33)
Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
Kita dapat saja berbeda dari beberapa pandangan di atas dalam memaknai konsep pemimpin, namun yang dapat penulis simpulkan bahwa dari rumusan diatas secara umum, pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan/atau sekelompok orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.

E.     Teori Timbulnya Pemimpin
Ada beberapa teori yang menyatakan timbulnya pemimpin, yaitu  :
1.    Teori Genetis 
Teori ini menjelaskan bahwa “Leaders are born and not made”  berarti bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Walaupun dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ditempatkan sebagi pemimpin.
2.    Teori sosial
Teori ini menyatakan bahwa “Leader are made not born”  artinya setiap orang bisa menjadi pemimpin yang baik apabila diberikan pendidikan dan pengetahuan yang cukup.
3.    Teori Ekologis
Teori ini menyatakan bahwa seseorang berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat inilah kemudian yang dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang telah dimiliki itu.

F.     Tipe-Tipe Pemimpin
Sondang P Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut :
1.    Tipe Aristokrat
Yaitu seorang pemimpin yang memilki karakter seperti :
a.    Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
b.    Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi.
c.    Menganggap bawahan sebagai alat semata.
d.    Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
e.    Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.
f.     Dalam tindakan menggerakkannya sering mempergunakan approuch  yang mengandung unsur paksaan dan punitif ( bersifat menghukum).
Sifat-sifat tersebut diatas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu organisasi modern, dimana hak-hak manusia itu harus dihormati.
2.    Tipe Militeristis
Pemimpin bertipe militeristis memiliki karakter sebagai berikut :
a.    Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih dipergunakan.
b.    Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan.
c.    Senang dengan formalitas yang berlebihan.
d.    Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
e.    Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Disini juga terlihat bahwa tipe pemimpin militeristis ini juga merupakan bukan tipe pemimpin ideal.
3.    Tipe Paternalistis
Pemimpin tipe paternalistis memiliki karakter antara lain :
a.    Menggangap bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
b.    Bersikap terlalu melindungi.
c.    Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan.
d.    Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil insiatif.
e.    Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
f.     Sering bersikap maha tahu.
Hendaknya diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang bertipe ini sangat diperlukan, tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat positifnya.
4.    Tipe Kharismatis
Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Namun yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.
5.    Tipe Demokratis
Pemimpin tipe ini memiliki karakter anatar lain :
a.    Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah makhluk termulia diatas dunia.
b.    Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadidari bawahan.
c.    Sering menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
d.    Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan.
e.    Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
f.     Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya.
g.    Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Kemudian Bogardus (1918) mengajukan empat tipe pemimpin yaitu :
1.    Tipe Otokratik, adalah orang yang berkuasa dalam organisasi yang kuat.
2.    Tipe Demokratik,  adalah yang melambangkan interest dan kelompok.
3.    Tipe Eksekutif, adalah yang memperoleh kepemimpinannya karena segala hal dapat terlaksana.
4.    Tipe Cerminan Intelektual, adalah yang mendapat kesukaran dalam merebut banyak pengikut.
Sementara kepemiminan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya  persuasi dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.

G.        PENUTUP
Dengan beberapa tipe dan gaya kepemimpinan yang telah diungkapkan diatas maka dapat diambil kesimpulan terhadap beberapa gaya kepemimpinan yang pernah ada di indonesia yaitu dari mulai Presiden Soekarno lebih cenderung sebagai tipe pemimpin karismatik karena  jadinya beliau sebagai seorang presiden memang diinginkan oleh rakyatnya.  Presiden Soeharto merupakan tipe pemimpin yang memiliki perpaduan antara Aristrokrat, Militeristis dan Paternalistis, sementara Presiden BJ Habibie cenderung pada gaya kepemimpinan Demokratis. Dan sejak era reformasi hampir semua presiden cenderung memiliki tipe demokratis hal ini karena tuntutan dari rakyat. 

contoh Praktek Jual Beli