CORAK
KEKUASAAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA
A. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah
kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok
untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan
memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak
yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Kekuasaan bersifat positif merupakan Kemampuan yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk
melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan
sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
Kekuasaan bersifat Negatif Merupakan sifat
atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam
memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan
oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun
mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek
dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil
suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan
segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada
di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya
kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi
atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan
atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang
kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena
tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
Di negara, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan
menuju kekuasaan selain melalui jalur biasanya
ditempuh melalui jalur. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa politik.
Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya
dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung
seperti yang terjadi di dalam pemilu 2004 maka calon anggota
legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Dalam pemerintahan mempunyai makna yang berbeda:
"kekuasaan" didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memengaruhi
seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan", akan tetapi
"kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan
hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai
contoh masyarakat boleh jadi
memiliki kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa
sebuah peradilan sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum
dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang
menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman
mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan
subjek penelitian dalam berbagai empiris pengaturan, keluarga (kewenangan
orangtua), kelompok-kelompok kecil (kewenangan kepemimpinan informal), dalam
organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan birokrat (birokrasi dalam
organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif, mulai dari
masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau
organisasi (kewenangan politik).
Sifat kekuasaan cenderung korup adalah
ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct.
Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang
tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Position Power, kekuasaan yang
melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi.
2. Personal Power, kekuasaan yang
berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan sosialnya.
French
& Raven mengatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan:
1. Kekuasaan memberi penghargaan.
2. Kekuasaan yang memaksa
3. Kekuasaan yang sah.
4. Kekuasaan memberi referensi.
5. Kekuasaan bila dikaitkan dengan
kegunaan, maka sebagai berikut :
a. Militer dan Polisi untuk
mengendalikan kekerasan dan kriminal
b. Ekonomi untuk mengendalikan tanah, buruh, kekayaan &
produksi
c. Hukum untuk mempertahankan, mengubah, dan
melancarkan interaksi.
d. Politik untuk pengambilan keputusan.
e. Tradisi untuk
mempertahankan sistem kepercayaan / nilai-nilai.
Sumber –
sumber kekuasaan meliputi :1) Sarana Paksaan Fisik. 2). Keahlian 3).Hukum
normatif 4).Status sosial 5).Harta kekayaan 6). Popularitas 7).Jabatan 8).
Massa yg terorganisir.
B. Jenis-jenis Kekuasaan
1. Coercive
Power (Kuasa
Paksaan) adalah kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang
tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas
untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau
perintah. Kekuasaan ini juga bisa dibilang kekuasaan karena rasa takut oleh
seseorang yang memiliki kuasa dalam suatu hal. Karena hal itulah orang-orang
yang menjadi bawahan atau pengikutnya, menjadi tunduk dan mau untuk melakukan
perintah yang diberikan oleh orang yg berkuasa itu. Karena jika mereka tidak
mengikuti apa yang diperintahkan, maka bawahan/pengkutnya tersebut akan
mendapatkan sebuah hukuman. Contoh dari Coercive power adalah : misal, seorang
pemilik toko memberikan pemotongan gaji terhadap karyawan yang diketahui telah
merusak salah satu produk yang di jual, bahkan ada pula yang langsung
memecatnya. Menurut Molm, 1987,1988 Seseorang juga menggunakan Coersive untuk
mempengaruhi anggota grup lain, walaupun kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan reward power daripada coersive power jika keduanya tersedia.
2. Insentif
Power (Reward
Power) Reward power adalah suatu sikap yang patuh /tunduk yang dicapai
berdasarkan kepatuhan/kemampuan untuk memberikan reward (imbalan) agar
dipandang orang lain berharga, Seseorang akan patuh terhadap orang lain, jika
dijanjikan akan diberikan sebuah imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Selain
itu reward power juda bisa diartikan kemampuan dalam mengontrol distribusi
dalam pemberian reward atau menawarkan pada grup lainnya. Contoh dari Reward
Power adalah bisa dalam bentuk : Bintang penghargaan untuk karyawan yang
berprestasi, kenaikan gaji untuk pegawai.
3. Legitimate
Power (Kuasa yang
sah) Legitimate power adalah Pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan
untuk memerlukan dan menuntut ketaatan. Seseorang yang telah memiliki
legitimate power, akan menuntut bawahan atau pengikutnya untuk selalu taat pada
peraturannya. Karena legitimate power memiliki definisi lain, yaitu kekuatan
yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan
dan pemenuhan perintah. Contoh daro Legitimate Power adalah : Pegawai polisi
memberhentikan kendaraan yang dianggap telah nelanggar rambu – rambu lalu
lintas, guru menunggu murid – muridnya diam untuk memulai pelajaran.
4. Expert power
(Kekuasaan Pakar) Pengaruh berdasar
pada kepercayaan target bahwa pemegang kekuatan memiliki keahlian dan kemampuan
yang superior dalam bidangnya. Seseorang yang memang ahli dalam bidangnya, akan
mudah untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain.Para anggota dalam suatu kelompok,
pasti memiliki skill dan kemampuan yang berbeda. Maka dari itulah, suatu
kelompok tercipata untuk saling melengkapi kekurangan anggota kelompki lainnya.
Namun pada dasarnya, French dan Raven seseorang tidak perlu menjadi ahli untuk
mendapatkan kekuatan ahli. Orang tersebut hanya perlu diterima oleh orang lain
sebagai seorang yang ahli (Kapolwitz,1978; Littlepage & Mueller,1997).
Sebenarnya, seseorang tidak harus memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang
ahli. Karena, sebenarnya kemampuan apapun yang kita miliki, tidak hanya kita
yang menilai, tapi kita pun perlu penilaian dari orang lain. Contoh dari expert
power adalah : orang – orang percaya akan orang pintar “paranormal”, pasien
percaya akan hasil pemeriksaan dokter.
5. Referent
Power (Kekuasaan
Rujukan) Pengaruh yang didasarkan pada pemilikan sumber daya atau ciri pribadi
yang diinginkan oleh seseorang, berkembang dari rasa kagum terhadap orang lain,
untuk menjadi seperti orang yang dikaguminya itu, dikarenakan adanya karisma.
Selain itu, Referent power juga menjelaskan bagaimana charismatic leader
(seberapa tinggi komitmen anggota tersebut pada kelompoknya) mengatur untuk
menggunakan banyak kontrol dalam grup mereka. Siapakah anggota yang paling
baik, paling disukai, paling dihargai dsb. Contoh dari referent power adalah :
Misalnya seorang karyawati dalam suatu toko, sangat mengagumi sang pemilik,
karena sang pemilik tersebut memiliki pribadi yang disiplin, baik hati,
bersikap mengayomi kepada semua karyawan maupun karyawatinya, dan tidak pernah
bersikap otoriter.
C. Kewenangan
Kewenangan (authority) adalah hak untuk
melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kewenangan biasanya
dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan
faktor kritis bagi efektevitas organisasi.
Kewenangan digunakan untuk mencapai
tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan dengan
kekuasaan. Robert Bierstedt menyatakan dalam bukunya an analysis of social
power , bahwa kewenangan merupakan kekuasaan yang dilembagakan. Seseorang yang
memiliki kewenangan berhak membuat peraturan dan mengharapkan kepatuhan
terhadap peraturannya.
Kewenangan juga merupakan kekuasaan yang
memiliki keabsahan (legitime power), sedangkan kekuasaan tidak selalu
memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik di rumuskan sebagai kemampuan
menggunakan sumber-sumber untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik, maka kewenangan merupakan hak moral sesuai dengan
nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk peratuaran
perundang-undangan.Wewenang merupakan hak berkuasa yang di tetapkan dalam
struktur organisasi sosial guna melaksanakan kebijakan yang di perlukan.
D. Pemimpin dan Kepemimpinan
Definisi
pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern diantaranya :
1. Ahmad Rusli dalam kertas
kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999) menyatakan pemimpin adalah
individu manusia yang diamanahkan pemimpin subordinat (pengikutnya) ke arah
mencapai matlamat yang ditetapkan.
2. Miftha Thoha dalam bukunya
Prilaku Organisasi (1983 : 255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk
alasannya.
3. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya
kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
4. C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada
kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan
ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.
5. Henry Pratt Faiechild dalam
Kartini Kartono (1994 : 33)
Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah
laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol
usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam
pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin
dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara
sukarela oleh para pengikutnya.
Kita dapat saja berbeda dari beberapa
pandangan di atas dalam memaknai konsep pemimpin, namun yang dapat penulis
simpulkan bahwa dari rumusan diatas secara umum, pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan/atau sekelompok orang lain
untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
E. Teori Timbulnya Pemimpin
Ada beberapa teori
yang menyatakan timbulnya pemimpin, yaitu
:
1. Teori Genetis
Teori ini
menjelaskan bahwa “Leaders are born and not made” berarti bahwa seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Walaupun
dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ditempatkan sebagi pemimpin.
2. Teori sosial
Teori ini
menyatakan bahwa “Leader are made not born” artinya setiap orang bisa menjadi pemimpin yang
baik apabila diberikan pendidikan dan pengetahuan yang cukup.
3. Teori Ekologis
Teori ini
menyatakan bahwa seseorang berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila pada
waktu lahirnya telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat inilah kemudian yang
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang telah dimiliki itu.
F. Tipe-Tipe Pemimpin
Sondang P Siagian membedakan tipe pemimpin
sebagai berikut :
1. Tipe Aristokrat
Yaitu seorang
pemimpin yang memilki karakter seperti :
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
b. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan
organisasi.
c. Menganggap bawahan sebagai alat semata.
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat.
e. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.
f. Dalam tindakan menggerakkannya sering
mempergunakan approuch yang
mengandung unsur paksaan dan punitif ( bersifat menghukum).
Sifat-sifat tersebut diatas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin
itu kurang tepat untuk suatu organisasi modern, dimana hak-hak manusia itu
harus dihormati.
2. Tipe Militeristis
Pemimpin bertipe
militeristis memiliki karakter sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah
yang lebih dipergunakan.
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung
kepada pangkat dan jabatan.
c. Senang dengan formalitas yang berlebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahan.
e. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Disini juga terlihat bahwa tipe pemimpin militeristis ini juga
merupakan bukan tipe pemimpin ideal.
3. Tipe Paternalistis
Pemimpin tipe
paternalistis memiliki karakter antara lain :
a. Menggangap bawahan sebagai orang yang belum
dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi.
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengambil keputusan.
d. Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil insiatif.
e. Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
f. Sering bersikap maha tahu.
Hendaknya diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang
bertipe ini sangat diperlukan, tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat
positifnya.
4. Tipe Kharismatis
Sampai saat ini
para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin memiliki
kharisma. Namun yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai
daya tarik amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat
besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka
menjadi pengikut pemimpin tersebut.
5. Tipe Demokratis
Pemimpin tipe ini
memiliki karakter anatar lain :
a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah makhluk termulia diatas
dunia.
b. Selalu berusaha mengsinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadidari
bawahan.
c. Sering menerima saran, pendapat, dan bahkan
kritik dari bawahannya.
d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan
team work dalam usaha mencapai tujuan.
e. Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya
lebih sukses darinya.
g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin.
Kemudian Bogardus (1918) mengajukan empat tipe pemimpin yaitu :
1. Tipe Otokratik, adalah orang yang berkuasa dalam organisasi yang kuat.
2. Tipe Demokratik, adalah yang melambangkan
interest dan kelompok.
3. Tipe Eksekutif, adalah yang memperoleh kepemimpinannya karena segala hal dapat terlaksana.
4. Tipe Cerminan Intelektual, adalah yang mendapat kesukaran dalam merebut banyak pengikut.
Sementara kepemiminan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
"melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada
seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli
diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang
efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya,
kharisma, pandangan ke depan, daya
persuasi dan intensitas. Dan
memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita
harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah
mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan
pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad
yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari
seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang
sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini
tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang
bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap
sebagai seorang pemimpin.
G.
PENUTUP
Dengan beberapa tipe dan gaya
kepemimpinan yang telah diungkapkan diatas maka dapat diambil kesimpulan
terhadap beberapa gaya kepemimpinan yang pernah ada di indonesia yaitu dari
mulai Presiden Soekarno lebih cenderung sebagai tipe pemimpin karismatik karena
jadinya beliau sebagai seorang presiden
memang diinginkan oleh rakyatnya.
Presiden Soeharto merupakan tipe pemimpin yang memiliki perpaduan antara
Aristrokrat, Militeristis dan Paternalistis, sementara Presiden BJ Habibie
cenderung pada gaya kepemimpinan Demokratis. Dan sejak era reformasi hampir
semua presiden cenderung memiliki tipe demokratis hal ini karena tuntutan dari
rakyat.